Menhut Kecam Perda Karhutla Riau, demikian Riau Pos Edisi 12 Juni 2007, Hal 1, dan saya sudah baca komentar Pak Ketua dihalaman yang sama, tapi mungkin sang menteri Kehutanan belum membacanya, dan belum mendengar keluhan rakyat kecil bahwa larangan membakar lahan tanpa batas toleransi tersebut sangat-sangat menusuk perasaan rakyat. Padahal selama ini didepan mata kepala kami banyak kalangan pengusaha perkebunan berskala besar yang membuka lahan perkebunan dengan cara membakar hutan, termasuk Keluarga Pak Menteri sendiri yang membuka lahan perkebunan di Rohul. Saat ini, setelah para pembuka lahan tersebut merasa aman dan memetik hasil Panennya baru ada aturan main yang mengekang tanpa batas toleransi. Kalau mau dilarang, kenapa tidak dari awal, bukankah kabut asap akibat pembakaran lahan tersebut sudah puluhan tahun terjadi.
Jika ketemu dengan Pak Menteri tersebut, mohonlah sampaikan keluhan kami, dilarang membakar lahan kami setuju, tapi jangan sampai membakar sampah dihalaman rumah kamipun tak bisa.
wassalam dan terima kasih
Asmari Rahman
Dari : Asmari Rahman, Pekanbaru, Riau, 12 Jun 2007, 13.00.1 WIB
Tanggapan dari drh. Chaidir, MM untuk Asmari Rahman
Selaku Ketua DPRD Riau saya menerima banyak aspirasi dukungan dari masyarakat desa kita ketika saya berkunjung ke desa-desa. Memang demikianlah maksud DPRD Riau dgn dikeluarkannya Perda tersebut. Kita ingin memberikan perlindungan kepada masyarakat kecil di desa yang mengolah lahannya sendiri. Kalau tidak boleh dibakar sedikit pun, dengan apa mereka akan membersihkan lahannya? Yang punya alat berat untuk pembersihan lahan (land clearing) adalah pengusaha kuat, petani kecil tidak punya. Kalau masyarakat kecil kita semua ditangkap karena membersihkan lahan mereka dengan pembakaran, maka akan penuhlah rumah tahanan kita. Apa itu maunya pemerintah? Saya terus terang sangat sedih. Tadinya Mendagri sudah setuju dengan Perda tersebut terbukti dalam hasil evaluasi terhadap Perda tersebut setelah memanggil DPRD Riau untuk berkonsultasi, Mendagri mengeluarkan surat tertanggal 27 Juli 2007, tetapi kemudian melalui surat tertanggal 28 Agustus 2007, hasil evaluasi tersebut dibatalkan oleh Mendagri dan menolak Perda tersebut. Kemana sebetulnya pemerintah kita berpihak? Apakah untuk kepentingan lingkungan hidup masyarakat kecil harus menjadi korban? Saya kira tidak demikianlah pendekatan. Seharusnya lingkungan hidup untuk manusia bukan manusia untuk lingkungan hidup...
Quo Vadis Pemerintah?
Salam prihatin Chaidir.
Jika ketemu dengan Pak Menteri tersebut, mohonlah sampaikan keluhan kami, dilarang membakar lahan kami setuju, tapi jangan sampai membakar sampah dihalaman rumah kamipun tak bisa.
wassalam dan terima kasih
Asmari Rahman
Dari : Asmari Rahman, Pekanbaru, Riau, 12 Jun 2007, 13.00.1 WIB
Tanggapan dari drh. Chaidir, MM untuk Asmari Rahman
Selaku Ketua DPRD Riau saya menerima banyak aspirasi dukungan dari masyarakat desa kita ketika saya berkunjung ke desa-desa. Memang demikianlah maksud DPRD Riau dgn dikeluarkannya Perda tersebut. Kita ingin memberikan perlindungan kepada masyarakat kecil di desa yang mengolah lahannya sendiri. Kalau tidak boleh dibakar sedikit pun, dengan apa mereka akan membersihkan lahannya? Yang punya alat berat untuk pembersihan lahan (land clearing) adalah pengusaha kuat, petani kecil tidak punya. Kalau masyarakat kecil kita semua ditangkap karena membersihkan lahan mereka dengan pembakaran, maka akan penuhlah rumah tahanan kita. Apa itu maunya pemerintah? Saya terus terang sangat sedih. Tadinya Mendagri sudah setuju dengan Perda tersebut terbukti dalam hasil evaluasi terhadap Perda tersebut setelah memanggil DPRD Riau untuk berkonsultasi, Mendagri mengeluarkan surat tertanggal 27 Juli 2007, tetapi kemudian melalui surat tertanggal 28 Agustus 2007, hasil evaluasi tersebut dibatalkan oleh Mendagri dan menolak Perda tersebut. Kemana sebetulnya pemerintah kita berpihak? Apakah untuk kepentingan lingkungan hidup masyarakat kecil harus menjadi korban? Saya kira tidak demikianlah pendekatan. Seharusnya lingkungan hidup untuk manusia bukan manusia untuk lingkungan hidup...
Quo Vadis Pemerintah?
Salam prihatin Chaidir.